bisnis

Senin, 28 November 2011

Penting, Segera Periksa Jari Tangan Ini, Hanya Untuk Pria Saja!

Sebuah studi mengatakan bahwa pria yang memiliki jari manis yang panjang cenderung menyetir lebih cepat, menyukai bahaya, selalu mengambil risiko dan sering parkir sembarangan. Benarkah?

Dikutip dari Ananova, Kamis (17/9/2009), peneliti dari University of Mainz, Jerman merekrut 77 pengemudi pria berusia rata-rata 30 tahun. Setiap responden melakukan scan pada tangan kirinya untuk mengetahui perbedaan antara ukuran jari manis dengan indeks jari secara keseluruhan.

Berdasarkan catatan pelanggaran mengemudi yang pernah dilakukan responden selama 5 tahun ke belakang, diketahui bahwa pria yang berjari manis lebih panjang lebih cepat menyetir namun banyak melakukan pelanggaran, mulai dari ngebut hingga menyetir sambil mabuk.

Dalam journal Accident Analysis and Prevention, peneliti mengatakan bahwa kemampuan menyetir yang buruk pada pria berjari manis panjang sebenarnya sudah terprogram sejak lahir, dan ukuran panjang jarilah yang menentukannya.

Panjang atau pendeknya jari berhubungan dengan hormon testosteron yang terdapat sejak seseorang berada dalam rahim. Peneliti percaya bahwa level testosteron yang dimiliki bayi laki-laki ketika masih dalam rahim berpengaruh terhadap bagaimana cara otaknya bekerja setelah lahir ke dunia.

Beberapa studi menyebutkan bahwa ukuran panjang jari manis seorang pria punya efek yang kuat terhadap kesehatan dan perilakunya. Asal tahu saja, ukuran jari manis berhubungan dengan stimulasi hormon testosteron dalam tulang.

Hormon testosteron dikenal berfungsi dalam perkembangan fungsi seksual atau kejantanan sehingga muncul tanda-tanda fisik pria seperti dorongan seksual, fungsi ereksi, produksi sperma, perkembangan otot, suara yang membesar, tumbuhnya rambut di wajah, ketiak, dan kelamin.

Hormon itu jugalah yang mungkin menyebabkan pria berperilaku agresif ketika mengendara. "Pria berjari manis yang lebih panjang daripada indeks jarinya memang terbukti sering bertindak ceroboh dan berbahaya dalam berlalu lintas. Hormon testosteron bisa jadi penyebabnya," ujar seorang peneliti.

Weitsss kok masih 0 komentar: