Begitu dengar Marjuki, 40 (bukan nama sebenarnya), suaminya begituan dengan wanita lain, dia langsung memimpin sendiri Panitia Kerja (Panja) Penggerebekan di rumah mesum.
Kaum lelaki memang termasuk makhluk “pemakan segala”. Meski di rumah sudah punya istri cantik, saat ketemu wanita lain yang lebih cantik, pikirannya langsung macem-macem.
Kalau bisa, maunya “dimakan” sekalian. Cuma karena makhluk homo sapiens itu tak pernah lepas dari keterbatasan, tak semuanya bisa dicapai.
Yang mujur, punya kemampuan materil dan onderdil, koleksi bini sampai empat. Tapi yang nafsu besar tenaga kurang, bini cuma satu ya habis dibolak-balik macam serabi digoreng.
Marjuki rupanya termasuk lelaki seperti itu. Bininya di rumah lumayan cantik. Tapi ketika berkenalan dengan wanita cantik di sebuh bank, tingkahnya jadi macem-macem.
Dibanding dengan istrinya, perempuan kenalan baru itu memang di atas segalanya. Meski tidak putih-putih amat, dengan baju gamis kaos warna coklat, dengan kerudungnya yang warna kuning, sepertinya kok serasi sekali. Mulai deh pendulum Marjuki kontak, blip, blip…..!
Ketika tahu bahwa Hamidah, 28 (bukan nama sebenarnya), ini seorang janda beranak satu, Marjuki merasa peluang terbuka di depan mata. Peluang apa? Bisnis? Bukan, tapi peluang untuk mendekati.
Siapa tahu ada jodoh, sehingga perkenalan tak sebatas temu muka dan temu suara lewat HP, tapi juga temu ranjang. Bukankah dalil Pitagoras mengatakan, apa bila dua kubu sudah membangun koalisi, maka harus dilanjutkan dengan eksekusi.
Marjuki memang sosok lelaki yang pintar bergaul dan menggauli. Maka semingggu kenal dengan janda Hamidah, minggu berikutnya dia sudah berhasil menggaulinya bak suami istri.
Sejak itu dia jadi semakin rajin ke rumah si janda yang terletak di Desa Duwet Kecamatan Panarukan itu. Asal sepulang dari rumah Hamidah, tubuhnya nampak lebih fit dan sehat wal afiat. Maklum, ibarat mobil kan dia baru saja tune up dan sporing balansing, sekalian amplas platina!
Anehnya, tune up mobil biasanya kan siang hari. Tapi Marjuki ini setiap tune up ke rumah janda Hamidah selalu pukul 24.00 ke atas. Mungkin menunggu saatnya sirep wong (orang tidur).
Dan itulah memang bagian kekejaman Marjuki yang tiada tara. Bayangkan, malam itu Hamidah sudah tidur nyenyak, dibangunkan hanya sekedar untuk ditiduri. Tapi janda muda yang berbodi sekel nan cemekel itu tak pernah menolak, karenma dia juga sangat mencintai PIL-nya.
Terlalu sering Marjuki menyambangi rumah sijanda, warga lama-lama jadi curiga. Sosok wajah di tengah malam itu lalu dipelajari dan diselidiki. Hasilnya, ooo….ternyata dia warga desa lain, yang ternyata suami daripada Ny. Asmiati. Penduduk pun semakin heran, punya istri cantik seperti Asmiati, kenapa lelaki kok selingkuh juga.
“Biar opor ayam, kalau setiap hari itu itu melulu, ya bosan juga,” kata warga yang lain.
Dalam rangka amar makruf nahi munkar, warga sepakat untuk menggerebek pasangan mesum itu. Dan itulah yang terjadi, beberapa saat setelah Marjuki masuk ke dalam, Ny. Asmiati istrinya lalu disusul, diberi tahu sesungguhnya apa yang terjadi.
Bisa dibayangkan bagaimana mengkap-mengkapnya dada wanita ini. Malam itu juga dia memimpin langsung Panja Penggerebegan di Desa Duwet.
Tak diketahui jelas, apakah “pertandingan bola” Marjuki – Hamidah ini sudah turun minum, baru pemanasan atau sudah terdengar peluit panjang. Yang pasti, begitu pintu digedor-gedor, Marjuki dan Hamidah keluar dengan wajah seputih mori cap Sen.
Lebih-lebih ketika di situ ada pula Asmiati istrinya. Hampir saja warga mengaraknya ke balai desa. Tapi karena dicegah tokoh masarakat, mereka dibawa ke balai desa dengan mobil.
Opsinya cuma dua, ke kantor polisi, apa poligami?
Weitsss kok masih 0 komentar:
Posting Komentar