===========================
Persoalan masa depan adalah persoalan intelektualis. Tradisi intelektual akan menentukan pertumbuhan kesadaran dan cinta masa depan umat manusia. Karena itu peningkatan jumlah kaum intelektual, pembentukan gerak pemikiran adalah hal yang urgant dalam menjawab tuntutan masa depan yang beragam demi pembentukan struktur peradaban manusia yang beradab.
Dalam konteks ini, masa depan dalam pengertian yang sangat signifikan yaitu sesuatu yang menjadi tolak ukur manusia kontemporer dalam menjawab sejumlah tantangan-tantangan yang mengisyaratkan adanya kreatifitas yang inovatif menuju dialektika peradaban umat manusia. Tuntutan akan perubahan nasib sendiri semakin mengkristal ke permukaan dimana ide kedaulatan tidak mendapat tempat di bidang masalah-masalah lain yang dihadapi dalam pusaran arus perubahan dunia. Dan globalisasipun adalah realitas dunia yang akan tercipta dan teramat susah untuk diingkari sehingga konsekuensi logisnya harus dihadapi.
Ziauddin Saddar, memproyeksikan masa depan sebagai era reformasi atau era gelombang ketiga yang disadari atau tidak, dipersiapkan atau tidak oleh umat manusia era demikian akan merealitas dalam sejarah. Sayangnya sebagian besar manusia terkadang tidak sadar dengan perkembangan yang terus terjadi, sehingga tidak banyak menentukan jalannya roda sejarah terutama dalam menciptakan iklim yang menunjang tingginya teknologi informasi, penguatan kecakapan hidup dan pembentukan sikap yang berkeadilan. Dalam banyak hal informasi-informasi akan menggilas mereka yang tidak menyadari serta tidak membenahi diri, sebaliknya ia akan mendatangkan keuntungan (rahmat) bagi mereka yang sejak jauh hari telah mempersiapkan dirinya.
Sikap manusia terhadap masa depan di atas sangatlah bercorak, bergantung pada pangkal tolak dan sudut pandang masing-masing, dari yang distopia dan pesimis sampai pada optimis utopia yang lebih banyak hadir dibayangi oleh kecemasan dan ketakutan akan harapan.
Berangkat dari telaah kritis yang dihadapi umat manusia di atas, tentu harus ada upaya terencana yang harus terlaksana oleh umat manusia hari ini. Pada posisi ini mahasiwa sebagai kaum intelektual harus senantiasa berbenah dan terdepan dalam merespon setiap gejolak perubahan dengan kekuatan moral, etika dan intelektualitasnya. Sebab hanya gerakan mahasiswalah yang mampu melawan dan menggulingkan kekuatan rezim yang tak lagi berjalan pada rel kebenaran. Oleh karena itu gerakan mahasiswa harus senantiasa dinamis dan tampil terdepan sehingga tak lekang oleh gerbang perubahan zaman. Sebab mahasiswa adalah pewaris utama dan sejarah telah membuktikan bahwa setiap upaya perubahan keadaan masyarakat menuju tatanan hidup yang lebih baik, menuju terbentuknya masyarakat sejahtera selalu menempatan peran mahasiswa pada posisi yang sangat urgen. Perjalanan mahasiswa dalam pergerakan dan pergolakan, akan tetap ada berwujud sesuai dengan tingkat dan keadaan masyarakat saat itu sebagai respon aktif yang memberikan kontribusi positif dalam upaya pembangunan.
Daerah kelahiran sebagai titik awal memulai kehidupan, telah menanamkan ikatan yang sangat kuat dalam setiap diri individu. Hal ini yang mengilhami untuk bersama dalam upaya peningkatan potensi individu dan memberikan kontribusi bagi kemajuan dan perkembangan daerah.
Sejatinya mahasiswa harus menempatkan dirinya sebagai “social control” dan “agent of change” bagi masyarakat daerahnya pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, dengan menyandarkan pada nilai-nilai dan nafas keagamaan, keimanan kepada Allah SWT sebagai pencipta yang setiap mahluk tunduk akan kekuasaan dan kebenaranNya.*****
Weitsss kok masih 0 komentar:
Posting Komentar